Saturday, August 22, 2015

SEREGU LEBAH MENYENGAT DI JAMBOREE CABANG





Baru Pertama Ikut, Ditarget Harus Juara

 

Kegiatan pramuka di pangkalan  MTs. Tahfidz Yanbu’ul Qur’an (MTYQ) mulai memetik buahnya. Pangkalan MTYQ berhasil menyabet juara tergiat Jamboree cabang (Jamcab) Kudus 2013. Bagaimana kisahnya? Berikut wawancara Abyan Dzaka’ dengan pimpinan regu (pinru) , Manadzhir Mahalli

WAWANCARA
mimpi MENAWAN
Abyan Dzaka’


     Ruangan Lab PAI siang itu sangat hening. Sekitar empat sampai lima orang fokus di depan layar laptop sambil menggerakkan jari-jarinya di tuts laptop. Mereka mengejar waktu deadline yang kurang dua hari lagi. Di sana mimpi MENAWAN berjumpa dengan satu-satunya santri yang masih mengenakan seragam pramuka. Ya, dialah pinru yang menjuarai jamcab Kudus, Manadzhir Mahalli.
     Nadzhir-sapaan akrabnya-meminta izin kepada rekannya yang masih mengetik untuk melayani wawancara dari majalah mimpi MENAWAN. Kemudian, mimpi MENAWAN langsung menyerangnya dengan beberapa pertanyaan mengenai jamcab kemarin di ruang sebelah yang hanya bersekat tumpukan buku-buku.
     “Regu kami regu lebah, waktu itu kami mendapat nomor peserta 23. Filosofinya,  lebah itu kecil tapi menyengat, selalu mengambil yang baik-baik, tidak menyerang jika tidak diserang, dan hasilnya manis.”ujarnya mengawali cerita.
     “Saat itu, regu lebah terdiri dari saya sendiri (pinru), Mutawakkil (wapinru), Mahfudh, Humam, Abyan, Fahmi, Rizqi, Romli, Fathil, Zaki, dan Izzul. Total 11 orang. Kami didampingi oleh pembantu Pembina, yaitu Imad dan Huda. Sedangkan pembinanya kak Oktian (menetap) dan kak Ari (tidak menetap). Untuk masalah konsumsi, ust. Saifur selalu siap setiap saat.”terang orang Bogor itu.
     Jamcab Kudus diselenggarakan di bumi perkemahan (buper) Ronggo Kusumo, des Klaling, kec Jekulo, kab Kudus. Pelaksanaanya mulai dari 17-19 Oktober 2013 (Kamis-Sabtu).
     “Kendala pertama yang muncul adalah kurangnya percaya diri ketika pertama kali datang. Kami memerlukan adaptasi, karena kami datang agak terlambat. Banyak tenda-tenda yang sudah berdiri dengan gagahnya.”kata santri kelahiran 1998 tersebut.
     Di jamboree tersebut, kru lebah lebih banyak dijejali kegiatan-kegiatan-yang menurut Nadzhir-bersifat mendidik dan menarik. Sebut saja giat wawasan, senam, apel, white game, dan karnaval. Untuk lomba, panitia menyelenggarakan enam jenis lomba. Pioneering, PBB tongkat, hiking, memasak, pentas seni (pensi), dan hasta karya.
     Setiap lomba diwakili oleh beberapa orang dari setiap regu. Pioneering diwakili 4 orang (Manadzhir, Mutawakkil, Mahfudh, Humam), PBB tongkat diwakili 7 orang (Manadzhir, Mutawakkil, Mahfudh, Humam, Fahmi, Fathil, Zaki), hiking diwakili 5 orang (Humam, Abyan, Romli, Fathil, Zaki), memasak diwakili 2 orang (Manadzhir dan Mutawakkil), pentas seni diwakili 6 orang (Mutawakkil, Fathil, Fahmi, Zaki, Rizqi, Izzul), dan hasta karya diwakili 2 orang (Zaki dan Fathil).”jelas santri yang berulang tahun setiap 8 Mei tersebut.
     Ketika ditanya tentang pengalaman di sana, lulusan SDN Tarikolot tahun 2010 tersebut menceritakan bahwa kru lebah berangkat dari pangkalan MTYQ pagi. Tiba di sana sekitar pukul 08.00 WIB dan sudah telat, karena partisipan lainnya sudah mengembangkan tendanya dan mendekorasinya dengan seni artistik kepramukaan. Atas gebrakan kak Tian, semuanya teratasi hanya beberapa menit saja. Tenda, dekorasi, gerbang, penataan ruang, dan perataan tanah sudah selesai dikerjakan semua. Itu pun yang merapikan minus 4 orang yang mengikuti lomba pioneering. Ya, lomba pioneering  dilaksanakan sebelum upacara pembukaan. “Sialnya, kami waktu itu belum sarapan pagi, jadi sedikit lemas.”keluh Manadzhir. “Namun lima menit sebelum lomba dimulai panitia memberikan waktu untuk mengumandangkan yel-yel masing-masing. Saya selaku ketua spontan mengumandangkan yel-yel kami. Alhadulillah, semangat kami tersulut. Uniknya, ketika kami mulai meneriakkannya, para peserta lain menoleh ke arah kami semua, karena saat itu kami yang pertama kali meneriakkan yel-yel dengan suara menggelegar.”tandasnya.
     Sorenya, wakil bupati Abdul Hamid membuka secara resmi jamboree cabang tersebut dalam upacara pembukaan. Malamnya, peserta jamboree disuguhi pertunjukan seni penggalang MI/SD. Kru lebah juga kehadiran koordinator kementerian kepanduan Rifqi Afifuddin.
     Esok harinya, ada shalat shubuh berjama’ah di lapangan utama buper Ronggo Kusumo, dilanjut senam pagi dan apel pagi. Setelah agak siang, lomba PBB tongkat pun digelar. “Alhamdulillah kita dapat giliran sebelum shalat jum’at. Kalau kita dapat giliran setelah shalat jum’at, pasti kelelahan. Cuacanya panas lagi.”sahut Nadzhir.
     Selepas shalat jum’at, kegiatan jamboree menumpuk. Semuanya diadakan dalam satu waktu bersamaan. Diantaranya hiking, lomba masak, giat wawasan (mountaineering dan bahaya narkoba). “Karena banyak acara, tenda kami kosong. Hanya diisi Pembina dan pendamping. Sampai kak Tian mendatangi panitia karena pengaturan acara yang tidak nyaman bagi setiap kontingen.”keluh santri yang suka meneguk minuman cappuccino tersebut.
     Sore setelah kegiatan semua berakhir, banyak para ustadz berbondong-bondong ke area perkemahan pangkalan MTYQ. Mulai dari ust. Ari beserta istrinya, ust. Irpan beserta istrinya juga, ust. Dhofir dan ust. Anwar. Siang tadi ada juga ust. Farid menyambangi kru lebah. Malamnya, giliran ust. Manshur, ust. Fanani, ust. Zuhdi, dan ust. Shiddiq yang menjenguk wakil pangkalan MTYQ tersebut.
     Selesai maghrib, para partisipan pensi  kru lebah mulai di-make up oleh pelatih tari. Istri ust. Ari juga ambil bagian. Mereka dirias menggunakan bedak dan lipstick, serta mengenakan pakaian ala pangeran kerajaan. Sekarang mereka tampak elegan.
     Untuk menyakinkan gerakan-gerakan tarinya serta meluweskan aksi-aksinya, maka sebelum show off mereka diperintah untuk latihan lagi di tempat terbuka. Baru sekitar pukul 22.00 WIB tari “Batik Kreasi” mendapat giliran tampil.
     Hari terakhir diisi dengan senam pagi, white game, karnaval, hasta karya, dan upacara penutupan. “Upacara ditutup oleh Ka Kwarcab Kudus, kak Isdarmadhi.”terang Manadzhir.
     Inilah Momen yang ditunggu-tunggu, sambil meneriakkan yel-yel regu lebah, kru lebah menunggu hasil pengumuman  kejuaraan. “Sangat menegangkan, sebelum pengumuman kami membaca surat Al-Fatihah dipimpin oleh kak Huda (pendamping).”beber Manadzhir. “Tak disangka, nama kami disebut sebanyak 5 kali. Yaitu pioneering juara 2, PBB tongkat juara 1, K3 (kebersihan, kerapian, keamanan) juara 2, pensi juara 1, dan yang terakhir juara tergiat (juara umum).”tutur pengidola Iko Uwais itu dengan mimik bangga. “Momennya juga pas lagi. Kepala madrasah (tsanawiyyah) kita datang dan juga bapak saya datang ke sana.”imbuhnya sambil tersipu malu.
     “Alhamdulillah atas fadhal Allah pangkalan MTYQ bisa juara. Ada beberapa factor yang menjadikan pangkalan MTYQ juara, yaitu kepemimpinan, ijtihad kita, selau berlatih siang malam dengan kakak pembantu Pembina kami, kepercayaan diri, kerja keras, dan kesiapan.”papar santri yang menyukai olahraga bela diri tersebut. “Saya sangat bersyukur karena bisa membangun citra nama pondok.”tambahnya.
     Ketika ditanya tentang target yang ingin diraih dalam jamboree ini Nadzhir mengungkapkan bahwa minimal juara, karena sudah banyak sekali yang dikorbankan. Tapi  kenapa hiking dan lomba masak lepas? Santri yang suka makan tumis teri tersebut merespon dengan dingin. “Tidak ada gambaran tentang hasta karya dan kami salah strategi. Kalau hiking mungkin belum waktunya untuk kita, karena saya kira hiking sudah maksimal.”responnya.
     Ketika ditanya mengenai keikutsertaanya di jamboree daerah nanti, Manadzhir membeberkan bahwa pangkalan MTYQ akan mengirim kontingen yang berbeda. “Karena agar semua santri dapat pengalaman dan juga Semua santri harus menguasainya.”jelas Manadzhir.
     Manadzhir berharap kepada regu lebah selanjutnya yang akan mewakili pangkalan MTYQ bisa selalu juara dan mengharumkan nama pondok. Juga selalu tapil prima, jangan ragu-ragu.
     “Kemudian, saya berpesan untuk regu lebah yang akan mewakili pangkalan MTYQ di lomba-lomba pramuka lainnya agar selalu menata niat. Untuk apa mereka ikut, untuk siapa mereka ikut. Selalu tampil prima dengan hati yang ikhlas serta bertujuan mengharumkan nama pondok.”pesan santri yang bercita-cita menjadi Duta Besar (Dubes) Indonesia. (v28)





0 comments:

Post a Comment