Sabtu, 27 Juli 2013
M / 19 Ramadlan 1434 M (malam hari)
Acara pembekalan juga diteruskan
malam ini. Bedanya, ini hanya penjelasan secara rinci tentang surat-surat yang
akan dibagikan kepada kami. Dilanjut pengumuman daftar tetap kontingen Jambore
Cabang (Jamcab) Kudus 2013. Yang mengumumkan langsung dari kak Ari selaku
koordinator pramuka di pangkalan MTs-MA Tahfidz Yanbu’ul Qur’an. Berikut daftar
anggota kontingen Jamcab Kudus 2013 yang akan diselenggarakan di buper Ronggo
Kusumo, desa Klaling, kecamatan Jekulo :
1.
Manadzhir Mahalli (Pinru)
2.
Ahmad Mutawakkil (Wapinru)
3.
Muchammad Mahfudh
4.
Muhammad Abyan Dzaka’
5.
Muhammad Rizqi Al-Mubarok
6.
Ahlan Hanafi
7.
Izzul Millah
8.
Ahmad Fatih Fathil Kamil
9.
Muhammad Fuad Izzatul Fikri
10. Faqih
Muzakki
11. Romli Fadlil
Muhammad
12. Fattahul Humam
Setelah
diumumkan, kami disuruh maju ke depan satu-persatu (setelah namanya dipanggil
tadi). Uniknya, aku mendapat boo dari para santri setelah namaku
dipanggil. Tak satupun yang bertepuk tangan atau memberikan ucapan selamat
kepadaku pada saat namaku digaungkan. Sedangkan yang lain, langsung mendapat aplaus yang meriah dari seluruh santri
setelah nama mereka disebut oleh kak Ari. Sedihnya aku. Gerangan apakah yang
menyebabkan ini ya Allah? Apa mungkin masih ada kaitannya dengan bahasa? Maybe.
Hiks....hiks....hiks.... Tak terasa, bulir-bulir air mataku jatuh
berguguran di pipiku, tapi aku sigap mengusapnya sehingga tak satupun tahu
kalau air mataku sedang meleleh.
Di
samping itu, ada satu hal yang menjadi konsekuensi menjadi kontingen jamcab
Kudus. Seperti yang telah aku tuliskan di posting-an sebelumnya, kami
harus kembali ke pondok lebih awal, yaitu tanggal 16 Agustus 2013 / 9 Syawwal
1434 atau satu hari sebelum deadline para santri kembali ke pondok. Itu
bukan masalah bagiku. Malah aku sudah memasang rencana kembali sendirian dari
Karawang ke Kudus, transit di rumah Mbah, kemudian pinjam motor kalau boleh.
RENCANA.
“Abyan,
nih!”seru ust. Ari lantang. Sang pembina pramuka yang akan menemani kami di
jambore sekaligus sutradara handal yang bisa menggerakkan drama kepondokan
memanggilku.
“Yes,
Sir!”aku lari ke arahnya. Melihat benda yang ku inginkan normal, tapi malah
tidak bisa dinormalkan.
“Oh
thanks, Sir!”sergahku setelah kak Ari memberiku kamera yang ku titipkannya
selama kurang lebih dua minggu untuk diperbaiki di Semarang. Kulihat dari
wajahnya, dia sangat sibuk, makanya aku tak menanyakan apapun lagi. Dan benda
yang diberikan kak Ari aku coba nyalakan, ternyata lensanya tidak mau membuka.
GAWAT, KAMERANYA TIDAK ADA PERUBAHAN SAMA SEKALI.
Ya
sudahlah, memang sebelumnya ust. Ari telah menyampaikan padaku kalau kameranya
tidak bisa diperbaiki, padahal itu diperbaiki di Semarang yang notabene kota
terbesar kedua setelah Jakarta.
0 comments:
Post a Comment