Sabtu, 27 Juli 2013
M / 19 Ramadlan 1434 H
Sebelum pembagian surat-surat dan
blangko deresan Al-Qur’an, seluruh santri Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an
Menawan mengadakan mushofahah atau istilahnya berjabat tangan saling
meminta maaf yang sangat mengharukan. Rasanya seperti akan berpisah lama, walau
kenyataannya hanya 20 hari. Aku pun tak sungkan-sungkan mengucapkan “forgive
me!” (maafkan saya) berulang kali. Tapi kayaknya no one respons it. (tak
ada yang merespon). Lagian suaraku juga tidak terlalu keras. Maklumlah, selamat
jalan kawan!
“Ahmad Sauqi, Abdullah Kafabihi,
Ahmad Raihan Gauzi, ....”panggil ust. Mukhlas Effendi satu-persatu untuk
mengecek kehadiran kelas X. “...., Wahyu Mustaqim...... Mana?”tanya ust.
Mukhlas. “Frustasi, tadz!”jawab kami kompak. Memang banyak yang bilang Wahyu
frustasi mengulangi kelas X. Padahal pelajarannya sangat bagus. Setahuku, dia
tidak pernah terlempar dari Big Five. Cuma Qur’annya yang menjadi problem
utamanya. Dia sangat lambat di hafalan Qur’annya, makanya dia tidak naik
kelas karena tidak memenuhi target 20 juz atau 16 juz lancar. Kemudian,
pertanyaannya sekarang adalah kenapa distributor-nya ust. Mukhlas? Mana
wali kelas kami, ust. Fatkhul Umam? Ternyata, ust. Fatkhul Umam sedang ditimpa
musibah, anaknya sedang sakit. Makanya beliau izin absen.
Setelah pembagian blangko dan
surat-surat penting yang terdiri dari atas : Surat undangan Halal Bihala, surat
jalan, dan surat permohonan bantuan infaq pembangunan. Kami para kontingen
jamcab disuruh kumpul oleh ust. Ari untuk dibagikan surat pemberitahuan
kegiatan jamcab Kudus 2013, serta waktu untuk kembali ke sini (16-8-13).
Aku tak beranjak dari tempatku tadi.
Aku berinisiatif menonton latihan drama. Sayangnya, yang tidak berurusan
diharap tidur. Sirna deh. Tapi aku masih punya inisiatif lain, yaitu latihan
murottal. Mumpung ini hujan plus di kelas nobody else (tak ada orang
lain), ini waktu terbaikku untuk latihan. Belum aja dimulai, problem
kedua muncul. Ayat apa yang harus aku baca? Akhirnya aku memutuskan untuk meminta
saran dan opini dari Mahfudh yang masih becengkrama dengan santri baru di kelas
XII. Tanpa ragu-ragu dia menjawab “قال هذا فراق بيني
وبينك....(الكهف: 78)”. Dalam hatiku
berkata, “Wah bagus juga usulannya. Yang penting ada kalimat tentang pepisahan.”.
Aku langsung menyetujuinya dan mengucapkan terima kasih. Tanpa basa-basi, aku
langsung menuju kelas X di lantai atas dan langsung mempraktekannya dengan lagu
sembarang dulu. Ternyata, Allah menghendaki untuk mempermudahku. Aku langsung
sreg dengan lagu pertama. Kemudian aku ulangi, ulangi, dan ulangi. Setelah aku
kira otakku sudah merekam lagu tadi, aku menulis diary ini sampai ketiduran.
Zzzz.....zzzz......zzzzz......
0 comments:
Post a Comment