Sunday, July 19, 2015

MALAM TERAKHIR SEBELUM MUWADDA’AH


Sabtu, 27 Juli 2013 M / 19 Ramadlan 1434 H

            Sebelum pembagian surat-surat dan blangko deresan Al-Qur’an, seluruh santri Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an Menawan mengadakan mushofahah atau istilahnya berjabat tangan saling meminta maaf yang sangat mengharukan. Rasanya seperti akan berpisah lama, walau kenyataannya hanya 20 hari. Aku pun tak sungkan-sungkan mengucapkan “forgive me!” (maafkan saya) berulang kali. Tapi kayaknya no one respons it. (tak ada yang merespon). Lagian suaraku juga tidak terlalu keras. Maklumlah, selamat jalan kawan!

            “Ahmad Sauqi, Abdullah Kafabihi, Ahmad Raihan Gauzi, ....”panggil ust. Mukhlas Effendi satu-persatu untuk mengecek kehadiran kelas X. “...., Wahyu Mustaqim...... Mana?”tanya ust. Mukhlas. “Frustasi, tadz!”jawab kami kompak. Memang banyak yang bilang Wahyu frustasi mengulangi kelas X. Padahal pelajarannya sangat bagus. Setahuku, dia tidak pernah terlempar dari Big Five. Cuma Qur’annya yang menjadi problem utamanya. Dia sangat lambat di hafalan Qur’annya, makanya dia tidak naik kelas karena tidak memenuhi target 20 juz atau 16 juz lancar. Kemudian, pertanyaannya sekarang adalah kenapa distributor-nya ust. Mukhlas? Mana wali kelas kami, ust. Fatkhul Umam? Ternyata, ust. Fatkhul Umam sedang ditimpa musibah, anaknya sedang sakit. Makanya beliau izin absen.

            Setelah pembagian blangko dan surat-surat penting yang terdiri dari atas : Surat undangan Halal Bihala, surat jalan, dan surat permohonan bantuan infaq pembangunan. Kami para kontingen jamcab disuruh kumpul oleh ust. Ari untuk dibagikan surat pemberitahuan kegiatan jamcab Kudus 2013, serta waktu untuk kembali ke sini (16-8-13).

            Aku tak beranjak dari tempatku tadi. Aku berinisiatif menonton latihan drama. Sayangnya, yang tidak berurusan diharap tidur. Sirna deh. Tapi aku masih punya inisiatif lain, yaitu latihan murottal. Mumpung ini hujan plus di kelas nobody else (tak ada orang lain), ini waktu terbaikku untuk latihan. Belum aja dimulai, problem kedua muncul. Ayat apa yang harus aku baca? Akhirnya aku memutuskan untuk meminta saran dan opini dari Mahfudh yang masih becengkrama dengan santri baru di kelas XII. Tanpa ragu-ragu dia menjawab “قال هذا فراق بيني وبينك....(الكهف: 78)”. Dalam hatiku berkata, “Wah bagus juga usulannya. Yang penting ada kalimat tentang pepisahan.”. Aku langsung menyetujuinya dan mengucapkan terima kasih. Tanpa basa-basi, aku langsung menuju kelas X di lantai atas dan langsung mempraktekannya dengan lagu sembarang dulu. Ternyata, Allah menghendaki untuk mempermudahku. Aku langsung sreg dengan lagu pertama. Kemudian aku ulangi, ulangi, dan ulangi. Setelah aku kira otakku sudah merekam lagu tadi, aku menulis diary  ini sampai ketiduran. Zzzz.....zzzz......zzzzz......

0 comments:

Post a Comment