Kamis,
4 Juli 2013
Tak ada yang bisa
mengubah takdir. Itulah kalimat yang cocok untuk menggambarkan peristiwa
terperosoknya bis yang mengangkut rombongan santri Gontor. Memang tadi malam
hujan deras, sehingga tanah gunung ini pun becek. Waktu itu, kami sedang
mendengarkan materi yang dibawakan oleh unt. Shiddiq tentang “kedisiplinan”
dalam acara pekan iftitah. Bis pariwisata Gontor yang hendak memutar balik
malah tambah terpelosok di aspal buatan yang menuju komplek bawah. Karena
posisi kepala bis di turunan, maka bis turun ke jalan setapak dekat kolam ikan
lele diteruskan mundur ke arah lapangan sepak bola kemudian mencoba naik. Kami
yang masih mengamati dari bangku-bangku kami sedari tadi hanya menunggu untuk
diperbolehkan menolong, karena kita masih punya acara.
Para santri Gontor
yang sudah dididik mandiri dan kepekaan sosialnya selama 6 tahun tak habis
pikir untuk menarik bis pariwisatanya ke atas. Mereka mengambil batu bata yang
tidak terpakai dengan ember guna mengganjal bannya agar bisa naik. Di
tengah-tengah acara, ust. Manshur berseru lewat megaphone. “Jami’u
OSMYQ min fashlil ‘asyir falyusaa’iduu dzalik! (Semua OSMYQ kelas X harap
membantu itu!).”. Dengan jiwa kepekaan sosial yang tinggi, kelas X berhamburan
menuju lokasi. Sudah lebih setengah jam, tak kunjung berhasil. Akhirnya pada
waktu istirahat, kami langsung ngacir menuju lokasi . Ada yang membantu, men-support,
mengambil bata, mendorong bis, bahkan ada yang hanya melihat saja. Jujur
saja, waktu itu pekerjaan saya lebih banyak melihat daripada membantu. Actually,
I wanna help them, but I dunno what I’ve to do. Maybe, kepekaan sosialku
kurang, tapi bagaimana cara meningkatkannya ya? Aku bingung.
Sekitar pukul 10
a.m. bis baru bisa naik juga. Hasil kolaborasi antara PTYQM dan Gontor.
Akhirnya, santri-santri Gontor dapat meneruskan perjalanannya menuju destinasi
selanjutnya, pabrik Mubarok Food. Dalam hal ini, ust Manshur mengatakan bahwa
itulah resiko perjalanan. Dalam perjalanan, kita tidak selalu lurus, pasti
suatu saat akan belok, muter, menanjak, menurun, ban kempes, mesin mogok, dll.
Begitupun juga hidup, kita tidak selalu hidup begini terus. Ada kadangkala kita
sakit, butuh pertolongan, dibenci orang lain, dll. Jadi ambillah pelajaran dari
kejadian tadi.
Oh ya, malam ini
akan diadakan English speech pertama dengan free audience (ada
atau tidak ada audiens is still running). Aku mendapat bagian MC. Oh ya,
kebetulan petugasnya dari lulusan Pare semua khusus Ramadlan ini. Untuk hari
ini, petugasnya ada 5 orang yang meliputi aku sendiri, Manadzhir, Mahfudh,
Nahdi, dan Lalu. Walaupun batas minimal 5 menit, tapi penyampaian speech-nya
malah melebihi batas minimum. Jadi sekitar pukul 8.30-an p.m. baru selesai.
0 comments:
Post a Comment